Rabu, 29 Juni 2016

SMARTCITY JAKARTA

Smart City merupakan kota yang mampu memanfaatkan Sumber Daya Manusia (SDM), modal sosial, dan infrastruktur telekomunikasi modern (Information and Communication Technology) yang ada untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Konsep Smart City merupakan konsep yang telah melalui tahap penyempurnaan dari konsep yang telah ada sebelumnya dengan menambahkan konsep-konsep berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (Nijkamp ,2010)
Pembangunan kota-kota  menuju Smart City diawali dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang biasanya bersifat parsial, pada masalah-masalah prioritas. Sebagai contoh, Kota Amsterdam yang mendasarkan penggunaan TIK untuk mengurangi polusi, atau Kota Tallim, sebagai ibukota Estonia yang memulai pengelolaan kota yang cerdas dari segi pemerintahannya dengan e-government dan menggunakan smart ID card dalam pelayanan bagi penduduknya, maupun Kota Songdo di Korea Selatan yang mendasarkan pengembangan kota berbasis TIK untuk mengembangkan Songdo sebagai pusat bisnis internasional.
Untuk mendukung suatu kota menuju konsep smart city, maka diperlukan stakeholders yang perlu dilibatkan dalam pengembangan konsep Smart City, antara lain : Government, Academician, Citizen/civil community, Developers, Media dan Private sectors.
Keseluruhan stakeholders tersebut memiliki peranan masing-masing dalam mengimplementasikan konsep Smart City. Smart City terbagi ke dalam 6 jenis, yakni :
1.      Smart Economy
Smart Economy ditujukan untuk membuat inovasi dan kemampuan daya saing yang berguna untuk mencapai peningkatan ekonomi wilayah tersebut.
2.      Smart Living
Pada Smart Living terdapat syarat, kriteria, dan tujuan untuk proses pengelolaan kualitas hidup dan budaya yang lebih baik dan pintar. Untuk mewujudkan smart living, terdapat tiga buah subbagian yang harus dipenuhi. Ketiga sub bagian tersebut adalah Education Facilities, Touristic Atractivity, dan ICT Infrastructure.
3.      Smart People
Dengan adanya smart people, diharapkan dapat tercipta komunitas masyarakat yang smart. Hal ini ditujukan agar adanya partisipasi masyarakat yang smart sehingga mampu mengetahui manfaat dan mengelola serta mengembangkan smart city.
4.      Smart Governance
Smart Governance merupakan bagian pada smart city yang mengkhususkan pada tata kelola pemerintahan. Adanya kerja sama antara pemerintah  dan masyarakat ini diharapkan dapat mewujudkan tata kelola dan jalannya pemerintahan yang bersih, jujur, adil, dan berdemokrasi serta kualitas dan kuantitas layanan publik yang lebih baik.
5.       Smart Mobility
Smart Mobility merupakan bagian pada smart city yang mengkhususkan pada transportasi dan mobilitas masyarakat.Sistem smart yang berbasiskan teknologi informasi untuk mengatur transportasi, traffic, dan pariwisata.
6.      Smart Environment
Smart Environment merupakan bagian pada smart city yangn mengkhususkan kepada bagaimana menciptakan lingkungan. Untuk mewujudkan Smart Environment, perlu adanya beragam terapan aplikasi dan komputer (termasuk juga jaringan wireless dan jaringan berbasis Cloud Computing), kecerdasan buatan,parallel computing, dan beragam teknologi lainnya yang terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup dan manusia itu sendiri.
Terdapat 6 point penting dari Smart City, yaitu:
1.      Pengembangan dan pemanfaatan arsitektur jaringan komputer.
2.      Keterbukaan informasi serta simulasi ekonomi dan keilmuan.
3.      Pengembangan inovasi dan kreaktifitas masyarakat.
4.      Simulasi terhadap sisi enterprise dan kewirausahaan.
5.      Tatanan pemerintahan yang lebih partisipatif dan demokrasi,
6.      Keseimbangan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi.
Selain itu, terdapat pula 6 buah karakteristik  dari Aplikasi Berbasis Smart City yaitu:
1.      Sensible dengan melakukan sensor yaitu WSN, GIS.
2.      Connectable yaitu sensor terhubung ke aplikasi dan pengguna melalui jaringan komputer.
3.      Ubiquitous yaitu dapat diakses kapanpun dan dimanapun yang bersifat mobile.
4.      Sociable yaitu terhubung satu sama lain seperti social media dan social network.
5.      Shareable yaitu berbagi informasi ke jejaring.
6.      Visible/Augmented yaitu informasi diakses secara fisik seperti augmented reality.

Menurut Prof Suhono STEI ITB, terdapat 6 leverl penerapan Smart City yaitu:
1.      Level 0 yaitu masih kota biasa, ada potensi menjadi Smart City.
2.       Level 1 yaitu mulai menjadi Smart City serta tersedia internet secara menyeluruh.
3.      Level 2 yaitu setiap kota saling terhubung menggunakan jaringan MAN (Metropolitan Area Network).
4.      Level 3 yaitu open information dan open data (bertukar informasi dan data) antar kota secara online.
5.      Level 4 yaitu tiap kota memiliki informasi penting tersendiri dan nilai penting di dalamnya.
6.      Level 5 yaitu integrasi yang baik antar kota seperti kombinasi level 2,3,4.
Jakarta sebagai ibukota negara dimana seluruh pusat pemerintahan berada di kota ini, kota dengan magnet para pencari pekerjaan, serta kota yang banyak menawarkan wisata serta  hiburan baru-baru ini meluncurkan aplikasi QLUE selain itu warga Jakarta juga dapat mengaksesnya melalui smartcity.jakarta.go.id dimana website tersebut terintegrasi dengan aplikasi sosial media pengaduan warga ibu kota, seperti email dki@jakarta.go.id, twitter @jakartagoid, facebook jakarta.go.id, balai warga di website www.jakarta.go.id, petajakarta.org, Lapor! 1708, dan Google Waze. Aplikasi QLUE dapat diunduh melalui android play store. Aplikasi ini memiliki sarana penyampaian aspirasi pengaduan secara real time. seperti pengaduan seperti macet, banjir, sampah, joki three in one, parkir liar, pengemis, bisa dilaporkan berdasar lokasi dengan fotonya,
Laporan warga di aplikasi QLUE juga terintegrasi ke website smartcity.jakarta.go.id. Seluruh laporan warga di website dan aplikasi tersebut langsung terkoneksi ke aplikasi android yang khusus diunduh oleh aparat Pemprov DKI Jakarta serta aparat kepolisian yakni CROP.
Testing website Jakarta Smart City (smartcity.jakarta.go.id)
Menurut Singh dan Khan (2012:146), testing adalah proses untuk memeriksa atau mengevaluasi sistem atau komponen sistem secara manual atau terotomatisasi yang bertujuan untuk melakukan verifikasi bahwa sistem tersebut memenuhi persyaratan tertentu atau untuk mengidentifikasikan perbedaan antara expected result dan actual result.
            Dalam melakukan testing terhadap website smartcity.jakarta.go.id ini kita menggunakan metode Black Box Testing dan User Acceptance Testing

a.      Black-box Testing
Pengujian perangkat lunak dilakukan setelah kode program disusun untuk membangun aplikasi, pengujian yang digunakan adalah Black-Box Testing, pengujian ini dilakukan untuk memeriksa fungsionalitas dari aplikasi tanpa harus mengujikan kode program. Black-box Testing juga digunakan untuk mengetahui setiap detail dari proses input dan output berjalan dengan normal dan sesuai dengan deskripsi yang sudah ditentukan.
b.      User Acceptance Testing (UAT)
merupakan cara formal yang dilakukan untuk menegaskan bahwa Web Jakarta Smart City benar-benar sudah memenuhi kebutuhan pengguna. UAT dilakukan berdasarkan kebutuhan fungsional dan dilakukan kepada pengguna yang bersangkutan dengan lalu lintas, seperti pengendara kendaraan bermotor, dan pejalan kaki yang menggunakan trotoar dan penyeberangan jalan. UAT dilakukan dengan memberikan skala likert dengan angka 1 hingga 5. Dimana 1 merupakan skala jawaban sangat kurang, serta 5 merupakan skala jawaban sangat baik. Hingga didapat persentasi yang memiliki kriteria hasil pengujian.
Untuk mendapatkan kriteria hasil pengujian digunakan rumus skor ideal sebagai berikut :


Skor Kriteria = Nilai Skala x Jumlah Responden
Kriteria
Nilai Skala x Jumlah Responden
Skor
Sangat kurang
1 x 10
<= 10
Kurang
2 x 10
<= 20
Cukup
3 x 10
<= 30
Baik
4 x 10
<= 40
Sangat Baik
5 x 10
<= 50


 sumber : smartcity.jakarta.go.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar