1. Pengertian Kalimat dan Jenisnya
Kalimat
adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri memiliki pola intonasi final dan
secara aktual dan potensial terdiri atas klausa yang digunakan sebagai sarana
untuk menuangkan dan menyusun gagasan secara terbuka agar
dapat dikomunikasikan kepada orang lain, atau bagian ujaran yang
mempunyai struktur minimal subjek dan predikat,
mempunyai intonasi dan bermakna.
kalimat dibagi menjadi dua, yaitu :
Kalimat
Tunggal
Kalimat
tunggal adalah kalimat yang terdiri atas subjek dan predikat, namun bisa
diperluas dengan satu atau lebih unsur-unsur tambahan, asalkan unsur-unsur
tambahan itu tidak boleh membentuk pola kalimat yang baru.
Contohnya : Komputernya rusak.
Kalimat tunggal dapat berupa :
a. Kalimat
nominal
b. Kalimat
adjectival
c. Kalimat
verbal
d. Kalimat
numerial
Kalimat
Majemuk
Kalimat
majemuk adalah kalimat yang memiliki dua pola kalimat atau lebih. Kalimat
majemuk ini terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Cara
membedakan anak kalimat dan induk kalimat yaitu dengan melihat letak konjungsi.
Induk kalimat tidak memuat konjungsi didalamnya, konjungsi hanya terdapat pada
anak kalimat.
Setiap kalimat majemuk mempunyai kata
penghubung yang berbeda, sehingga jenis kalimat tersebut dapat diketahui dengan
cara melihat kata penghubung yang digunakannya. Jenis-jenis kalimat majemuk
adalah:
1. Kalimat Majemuk
Setara
2. Kalimat Majemuk Rapatan
3. Kalimat Majemuk
Bertingkat
4. Kalimat Majemuk
Campuran
Kalimat
Majemuk Setara
Kalimat
majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang
kedudukannya sejajar atau sederajat.
Kalimat Majemuk Campuran.
Kalimat
majemuk campuran yaitu gabungan antara kalimat majemuk setara dan
kalimat majemuk bertingkat. Sekurang-kurangnya terdiri dari tiga kalimat.
Contoh:
1. Toni bermain
dengan Kevin. (kalimat tunggal 1)
2. Rina membaca buku di
kamar kemarin. (kalimat tunggal 2, induk kalimat)
3. Ketika aku datang ke
rumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)Toni bermain dengan
Kevin, dan Rina membaca buku di kamar, ketika aku datang ke rumahnya. (kalimat
majemuk campuran)
Bagaimana
menyusun kata menjadi kalimat
Berdasarkan
Pola Kalimat
Pola
Kalimat Dasar
S-P
S-P-O
S-P-Pel
S-P-Ket
S-P-O-Pel
S-P-O-Ket
S-P-O-Pel-Ket
Pengertian
Subjek
Bagian kalimat
yang menunjukkan pelaku, sosok (benda), semua hal, atau masalah yang menjadi
pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya berisi kata/frasa, klausa,
frasa verbal. Subjek dapat pula dikenali dengan cara memakai
kata tanya siapa (yang), apa (yang) kepada PREDIKAT. Jika
jawaban tidak logis maka tidak ada Subyek.
Pengertian
Predikat
Predikat
menyatakan keadaan yang dilakukan oleh S, sifat, situasi, status,
ciri atau jati diri S, atau jumlah sesuatu yang dimiliki S. Predikat
adalah bagian kalimat yang menghubungkan antar S dengan O dan K.
Predikat dapat berupa kata/frasa berkelas verba, adjektifa, numeralia
(kata bilangan), dan nomina (benda).
Pengertian
Objek
Objek
merupakan bagian kalimat yang melengkapi Predikat. Objek pada umumnya
diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak Objek selalu di
belakang Predikat yang berupa verba transitif, yaitu verba yang memerlukan
Objek. Jika Predikat diisi oleh verba INTRANSITIF maka Objek tidak
diperlukan sehingga kehadiran Objek dalam kalimat dikatakan TIDAK WAJIB
HADIR. Namun Objek dapat menjadi Subjek bila dipasifkan.
Pengertian
Pelengkap
Pelengkap atau
komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi Predikat. Letak
Pelengkap umumnya di belakang Predikat yang berupa verba. Seringkali
kita dibuat bingung antara Pelengkap dan Objek. Satu hal yang perlu
diketahui adalah Pelengkap tidak dapat menjadi Subyek bila
dipasifkan. Jika kalimat ada Objek maka biasanya Pelengkap
terletak setelah (di belakang) Objek. Pelengkap dapat pula diisi oleh
frasa adjektiva dan frasa preposisional.
Pengertian
Keterangan
Keterangan
merupakan bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal tentang bagian
kalimat yang lainnya. Unsur Keterangan dapat berfungsi untuk
menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisi keterangan itu bisa di awal,
tengah, dan akhir kalimat.
Kalimat
dasar berpola S P
Kalimat
dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat untuk tipe ini
dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan.
Contohnya : Mereka sedang bermain.
Kalimat
dasar berpola S P O
Kalimat
dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. Subjek dan objek
berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif.
Contohnya : Mereka sedang membuat
mainan.
Kalimat
dasar berpola S P Pel
Kalimat
dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap.
Contohnya : Anaknya sedang beternak ayam.
Kalimat
dasar berpola S P O Pel
Kalimat
dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap.
Contohnya : Hani mengirimi saya
surat.
Kalimat
dasar berpola S P K
Kalimat
dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur
keterangan karena diperlukan oleh predikat.
Contohnya : Mereka berasal dari Jakarta.
Kalimat
dasar berpola S P O K
Kalimat
dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan.
Contohnya : Kami menyimpan pakaian ke dalam
lemari.
Kalimat
dasar berpola S P Pel K
Kalimat
dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, pelengkap, dan keterangan
berupa frasa berpreposisi.
Kalimat
dasar berpola S P O Pel K
Kalimat
dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan
keterangan.
Contohnya : Dia mengirimi orang tuanya uang
setiap bulan.
Jenis-jenis
Kalimat
Kalimat dapat dibedakan berdasarkan :
1. Jumlah
Klausa
2. Fungsi
Isinya
3. Kelengkapan
unsurnya
4. Susunan
subjek predikatnya
A.
Pengertian Kata Penghubung
Kata penghubung disebut juga konjungsi atau kata sambung, yang berarti kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa (Hasan Alwi, dkk., 2003: 296). Dalam pengertian lainnya, konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam konstruksi (Harimurti, 2007: 102).
B.
Jenis-jenis Kata Penghubung
Dilihat dari fungsinya dapat dibedakan dua macam kata penghubung sebagai berikut:
1. Kata
penghubung yang menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang kedudukannya
setara. Kata penghubung ini dibedakan lagi menjadi kata
penghubung yang:
(a) menggabungkan biasa, yaitu dan, dengan, serta.
(b) menggabungkan memilih, yaitu atau.
(c) menggabungkan mempertentangkan, yaitu tetapi, namun, sedangkan, sebaliknya.
(d) menggabungkan membetulkan, yaitu melainkan, hanya.
(e) menggabungkan menegaskan, yaitu bahwa, malah, lagipuula, apalagi, jangankan.
(f) menggabungkan membatasi, yaitu kecuali, hanya.
(g) menggabungkan mengurutkan, yaitu lalu, kemudian, selanjutnya.
(h) menggabungkan menyamakan, yaitu yaitu, yakni, adalah, bahwa, ialah.
(i) menggabungkan menyimpulkan, yaitu jadi, karena itu, oleh sebab itu.
(a) menggabungkan biasa, yaitu dan, dengan, serta.
(b) menggabungkan memilih, yaitu atau.
(c) menggabungkan mempertentangkan, yaitu tetapi, namun, sedangkan, sebaliknya.
(d) menggabungkan membetulkan, yaitu melainkan, hanya.
(e) menggabungkan menegaskan, yaitu bahwa, malah, lagipuula, apalagi, jangankan.
(f) menggabungkan membatasi, yaitu kecuali, hanya.
(g) menggabungkan mengurutkan, yaitu lalu, kemudian, selanjutnya.
(h) menggabungkan menyamakan, yaitu yaitu, yakni, adalah, bahwa, ialah.
(i) menggabungkan menyimpulkan, yaitu jadi, karena itu, oleh sebab itu.
2. Kata
penghubung yang menghubungkan klausa dengan klausa yang kedudukannya bertingkat. Kata penghubung ini
dibedakan lagi menjadi kata penghubung yang menggabungkan:
(a) menyatakan sebab, yaitu sebab, karena.
(b) menyatakan syarat, yaitu kalau, jikalau, jika, bila, apabila, asal.
(c) menyatakan tujuan, yaitu agar, supaya.
(d) menyatakan waktu, yaitu ketika, sewaktu, sebelum, sesudah, tatkala.
(e) menyatakan akibat, yaitu sampai, hingga, sehingga.
(f) menyatakan sasaran, yaitu untuk, guna.
(g) menyatakan perbandingan, yaitu seperti, laksana, sebagai.
(h) menyatakan tempat, yaitu tempat.
(a) menyatakan sebab, yaitu sebab, karena.
(b) menyatakan syarat, yaitu kalau, jikalau, jika, bila, apabila, asal.
(c) menyatakan tujuan, yaitu agar, supaya.
(d) menyatakan waktu, yaitu ketika, sewaktu, sebelum, sesudah, tatkala.
(e) menyatakan akibat, yaitu sampai, hingga, sehingga.
(f) menyatakan sasaran, yaitu untuk, guna.
(g) menyatakan perbandingan, yaitu seperti, laksana, sebagai.
(h) menyatakan tempat, yaitu tempat.
Jika
dilihat dari kedudukannya konjungsi dibagi dua, yaitu konjungsi koordinatif dan
konjungsi subordinatif.
1.
Konjungsi Koordinatif
Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur kalimat atau lebih yang kedudukannya sederajat atau setara (Abdul Chaer, 2008: 98).
Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur kalimat atau lebih yang kedudukannya sederajat atau setara (Abdul Chaer, 2008: 98).
Contoh:
dan penanda
hubungan penambahan
serta penanda
hubungan pendampingan
atau penanda
hubungan pemilihan
tetapi penanda
hubungan perlawanan
melainkan penanda
hubungan perlawanan
padahal penanda
hubungan pertentangan
sedangkan penanda
hubungan pertentangan
Konjungsi koordinatif agak berbeda dengan konjungsi lain, karena selain menghubungkan klausa juga menghubungkan kata. Seperti contoh berikut:
(a) Dia menangis dan istrinya pun tersedu-sedu.
(b) Aku yang datang ke rumahmu atau kamu yang datang ke rumahku?
(c) Dia terus saja berbicara, tetapi istrinya hanya terdiam saja.
(d) Andi pura-pura tidak tahu, padahal tahu banyak.
(e) Ibu sedang mencuci baju, sedangkan Ayah membaca Koran.
2.
Konjungsi Subordinatif
Konjungsi
subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur kalimat (kalusa)
yang kedudukannya tidak sederajat (Abdul Chaer, 2008: 100). Konjungsi
subordinatif dibagi menjadi tiga belas kelompok sebagai berikut:
1. Konjungsi suordinatif waktu: sejak, semenjak, sedari, sewaktu, tatkala, ketika, sementara, begitu, seraya, selagi, selama, serta, sambil, demi, setelah, sesudah, sebelum sehabis, selesai, seusai, hingga, sampai.
2. Konjungsi subordinatif syarat: jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala.
3. Konjungsi subordinatif pengandaian: andaikan, seandainya, umpamanya, sekiranya.
4. Konjungsi subordinatif tujuan: agar, supaya, biar.
5. Konjungsi subordinatif konsesif: biar(pun), walau(pun), sekalipun, sungguhpun, kendati(pun).
6. Konjungsi subordinatif pembandingan: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana, ibarat, daripada, alih-alih.
7. Konjungsi subordinatif sebab: sebab, karena, oleh karena, oleh sebab.
8. Konjungsi subordinatif hasil: sehingga, sampai(sampai), maka(nya).
9. Konjungsi subordinatif alat: dengan, tanpa.
10. Konjungsi subordinatif cara: dengan, tanpa.
11. Konjungsi subordinatif komplementasi: bahwa
12. Konjungsi suboerdinatif atributif: yang
13. Konjungsi subordinatif perbandingan: sama
…. dengan, lebih …. dari(pada)
SUMBER :
http://www.belajarbahasaindonesia.com/contoh-kata-penghubung-konjungsi-koordinatif-subordinatif-dan-korelatif/#respond
http://www.belajarbahasaindonesia.com/contoh-kata-penghubung-konjungsi-koordinatif-subordinatif-dan-korelatif/#respond